"Our lives begin to end the day we become silent about things that matter" Dr. Martin Luther King Jr

places of her heart

A CHRISTMAS CAROL

February 24, 2009

Sebenarnya dah dari taon lalu, aku kepengen menerbitkan posting ini. Soale pas waktu dan temanya match. Tapi berhubung upaya "negosiasi" dengan sang penterjemah cukup alot, akhirnya artikel ini baru bisa diturunkan sekarang. Yah, meskipun begitu, kupikir tak mengapa jika kuposting sekarang dan ceritanya pun kurasa takkan basi (Kuharap... ^^). So enjoy it..


A CHRISTMAS CAROL
AUTHOR : CHARLES DICKENS
TRANSLATOR :
OYEN

BAB 1

Dimulai dengan Marley sudah meninggal. Tak ada keraguan apapun mengenai hal itu. Daftar penguburannya telah ditandatangani oleh pendeta, seorang pelayan toko, pengurus pemakaman, dan kepala para pelayat. Scrooge menandatangani daftar itu. Dan nama Scrooge benar-benar ampuh di atas kata “Uang Kembali”, atas apapun yang diinginkannya. Si Tua Marley benar-benar sudah mati.

Astaga! Aku tidak bermaksud sekasar itu. Bagiku yang disebut mati apabila sudah dalam peti mati tentunya. Tetapi karena kebijakan para leluhur dan karena tangan kotorku seharusnya tidak bermaksud begitu..atau Negara ini akan menghukumku, kau bisa mengijinkanku mengulanginya dengan sungguh-sungguh, bahwa Marley memang sudah meninggal.

Apa Srooge tahu Marley sudah meninggal? Tentu saja dia tahu. Bagaimana mungkin tidak. Scrooge dan dia adalah rekanan untuk waktu yang..aku tidak tahu sudah berapa lama. Scrooge adalah pelaksana satu-satunya, pengatur satu-satunya, utusan satu-satunya, teman satu-satunya dan pelayat satu-satunya. Dan bahkan Scrooge tidak benar-benar terluka dalam peristiwa menyedihkan ini, dia adalah seorang pengusaha ulung bahkan di hari pemakaman, yang melangsungkan upacara tersebut bagai perdagangan yang tak dapat ditunda lagi.

Bicara tentang pemakaman Marley membawa aku kembali ke permulaan. Tak ada keraguan kalau Marley sudah meninggal. Hal ini harus jelas dipahami karena kalau tidak, sesuatu yang indah tidak akan ada lagi dari kisah yang akan kuceritakan ini. Jika kita tidak sungguh-sungguh yakin bahwa Ayah Hamlet sudah meninggal sebelum sandiwara dimulai, maka tak ada yang luar biasa saat dia ternyata berjalan-jalan di waktu malam pada saat angin timur bertiup di atas istananya sendiri, dan kemudian pada saat yang lain menjadi pria setengah tua yang segera menghilang menjelang pagi, yang benar-benar mengherankan pikiran lemah anaknya.


Scrooge tidak pernah menghapus nama si Tua Marley pada papan nama sebelah atas pintu kantornya. Pada papan itu tetap tertera : Scrooge and Marley, bertahun-tahun kemudian. Perusahaan itu tetap dikenal sebagai Scrooge and Marley. Kadang-kadang orang yang baru bergabung dengan bisnis mereka menyebut Scrooge Scrooge dan kadang-kadang menyebut Marley, tapi Scrooge tetap mengiyakan keduanya. Baginya itu sama saja.


Oh! Tapi Scrooge benar-benar sangat kikir! Memeras, memaksa, tamak, bertengkar, dan iri hati! Keras dan tajam bagai batu api, bahkan baja pun tak dapat menghasilkan api bila terbentur dengannya; selalu berahasia dan egois bagai kerang laut. Kekejamannya membuat wajahnya membeku, merusak bentuk ujung hidungnya, mengerutkan pipinya, membuat kaku cara berjalannya, memerahkan matanya, membirukan bibir tipisnya, dan apa yang dibicarakannya adalah kelicikan semata. Pastilah ada embun beku dalam kepalanya, di alisnya dan di dagu kurusnya. Suhu dinginnya tersebut tetap saja menjadi bawaan dirinya, bahkan kantornya pun turut menjadi es, dan Scrooge tidak mencairkan suhu dingin tersebut barang satu derajat pun saat Natal.


To be continued...

For Oyen : Thanks buat kebesaran hatimu meminjamkan hasil penerjemahanmu ini untuk kuterbitkan di blogku. God bless..^^

post signature

0 komentar:

Post a Comment