"Our lives begin to end the day we become silent about things that matter" Dr. Martin Luther King Jr

places of her heart

DADS, WHERE ARE YOU???..

February 4, 2009


Sejak minggu lalu aku bernostalgia dengan lagu country kesayanganku yang dinyanyikan Jimmy Wayne “I Love You This Much”. Tiap hari lagu ini mengalun dari PC ku di kantor ataupun di rumah. It’s a beautiful song. Love the music and the lyrics. I put the lyrics below, so that y’all can see the reason why I love it so much.

I LOVE YOU THIS MUCH
By Jimmy Wayne

He can't remember,
The times that he thought
Does my daddy love me?
Probably not
but that didn't stop him
From wishing that he did
Didn't keep him from wanting
Or worshipping him
He guesses he saw him
About once a year
He could still feel the way he felt
Standing in tears
Stretching his arms out
As far as they'd go
Whispering dad
I want you to know

CHORUS: I love you this much
And I'm waiting on you
To make up your mind
Do you love me too?
How ever long it takes
I'm never giving up
no matter what
I love you this much

He grew to hate him for what he had done
'Cause what kind of father
Could do that to his son?
He said 'damn you daddy'
The day that he died
The man didn't blink
But the little boy cried

CHORUS

Half way through the service
While the choir sang a hymn
He looked up at the preacher
And he sat and stared at him
He said
'Forgive me father'
When he realized
That he hadn't been unloved
Or alone all his life
His arms were stretched out
As far as they go
Nailed to the cross
For the whole world to know

CHORUS

Lagu “I Love You This Much” bercerita tentang kerinduan seorang anak untuk dicintai oleh ayahnya. Sang anak bertumbuh besar tanpa merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Dia bertumbuh dalam kegetiran. Pada akhirnya kepahitan dan kehausannya akan cinta seorang ayah membuahkan sebuah kebencian sekaligus kepedihan yang mendalam. Pada akhir lagunya si anak menyadari kalau dia mendapatkan cinta yang lebih dari yang diharapkannya dari Sang Bapa.

Sesungguhnya lagu itu memberikan gambaran kasar mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi di dunia. Saat ini di banyak tempat terdapat sejumlah anak yang haus akan kehadiran sosok bapa dalam hidup mereka. Meskipun tidak seluruhnya demikian, akan tetapi banyak kejahatan dan pelanggaran bersumber dari keadaan psikologis yang terbentuk dari ketiadaan fungsi bapa dalam sebuah keluarga. Sebuah diskusi ringan yang menyentil dan kiriman bahan referensi dari seorang ayah rohani (calon ayah jasmani juga), menginspirasiku untuk mencoba mengelaborasi isu tersebut disini (Bro, you should have a blog. You got some good stuffs there!!!).

Pada tahun 1999 di western world, jumlah anak yang hidup tanpa ayah biologis presentasinya meningkat dari 17,5 % pada tahun 1960 menjadi sebesar 38%. Terdapat lebih dari 50% anak menghabiskan separuh hidup mereka tanpa ayah. 46% keluarga dengan anak yang dipimpin oleh seorang ibu saja hidup dibawah garis kemiskinan dibandingkan keluarga yang lengkap (ayah ibu) yang hanya 8%.

Pakar sosiologi sekarang telah menghubungkan ketiadaan ayah dengan : drop out, jobless, kecanduan obat, bunuh diri, ataupun target dari pelecehan seksual. Bertumbuh tanpa bapa berhubungan erat dengan mimpi buruk masyarakat seperti anak remaja yang membawa pistol dan gadis remaja dengan bayi.

Sebuah survey Men Against Domestic Violence Survey bahwa anak-anak yang bertumbuh dalam keluarga tanpa fungsi ayah terindikasi sebagai berikut :
· 85% dari jumlah anak-anak yang menunjukkan penyimpangan perilaku dan kebiasaan.
· 71% dari jumlah drop out sekolah menengah.
· 85% dari semua pemuda yang tengah menjalani hukuman di penjara. (Source: Center for Disease Control).
· 80% dari jumlah pemerkosa bermotivasi displaced anger
· 90% dari jumlah tunawisma dan anak-anak yang lari dari rumah
· 63% dari remaja pelaku bunuh diri. (Source: US Dept. of Health & Human Services, Bureau of the Census).
· 71% dari remaja yang hamil di luar nikah. (Source: US Dept. of Health & Human Services)
Statistik tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang bertumbuh dalam keluarga tanpa fungsi ayah memiliki kecenderungan 20 kali lebih banyak untuk berperilaku menyimpang, 9 kali lebih banyak untuk drop out, 20 kali lebih banyak berakhir di penjara, 10 kali lebih banyak untuk melakukan pemerkosaan, dan 32 kali lebih banyak untuk minggat dari rumah.

Statistics of a Fatherless America menyimpulkan bahwa :
Children of fatherless families have greater and earlier sexual activity, dramatically greater risk of drug and alcohol abuse, more mental illness, more suicide, poorer educational performance, and higher rates of teen pregnancy, criminality, and sexual abuse. They are more likely to have suffered child abuse and more often have earlier death, confused identities (boys), more aggressive behavior (boys), more emotional distress, uncooperative behavior, more anxiety and depression (girls), more antisocial behavior, and school suspensions.

Hasil survey tersebut diatas setidaknya menggelitik kesadaran kita tentang seberapa pentingnya peran seorang ayah dalam sebuah keluarga. Ditengah gaung independensi kaum perempuan dan menjamurnya single parenthood dimana terjadi peningkatan jumlah ibu yang berperan ganda sebagai ayah, satu hal yang tak bisa berubah adalah peran ayah yang tetap tak tergantikan. Secara maksimal, peran ayah hanyalah bisa dikerjakan oleh seorang pria. Menjadi seorang ayah merupakan sebuah kehormatan tertinggi yang Tuhan taruh dalam kehidupan seorang pria, karena Tuhan memilih titel/sebutan/panggilan untuk diriNya sebagai Bapa.

Kata bapa sendiri berasal dari bahasa Ibrani Abbah, ini sebenarnya adalah sebutan (title) dan arti dari kata ini adalah sumber atau pemelihara. Dalam bahasa Yunani, bapa adalah Pater yang berarti sumber dan pemelihara atau yang mendukung. Kata bapa dapat juga berarti sebagai fondasi dari semuanya.
Untuk lebih memahami konsep pembapaan, kita harus melihat asal muasal konsep kebapaan ini di awal masa dimana manusia pertama Adam diciptakan. Hal pertama yang Tuhan lakukan saat penciptaan manusia adalah menempatkan Adam dalam Taman Eden (presence of moment or spot). Tuhan mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. (Kej. 2:15). Adam diharuskan bekerja dan menghasilkan (produktif). Hal ini memberikan pengertian bahwa sebelum pria “diberikan” wanita, dia harus bekerja dulu. Kemudian Tuhan meminta Adam untuk memelihara atau melindungi semua yang dipercayakan kepadanya. Setelah itu Tuhan menugaskan Adam untuk mengolah (cultivate) yang punya pengertian mengeluarkan yang terbaik dari dalamnya, menyebabkan berkembang. Selanjutnya Tuhan mempercayakan pada manusia FirmanNya.

Cerita berlanjut saat Hawa tergoda, Adam tak berbuat apapun yang sesuai dengan otoritasnya dan tidak menghormati perintah Bapa melainkan mengambil sikap sekehendaknya, yang menyebabkannya kehilangan figur Bapa. Tindakan manusia pertama tersebut seperti yang telah diketahui menyebabkan kejatuhan seluruh umat manusia. Konsep pembapaan memiliki peran saat kejatuhan manusia ke dalam dosa tersebut. Dosa terlahir sebagai salah satu akibat dari pernyataan independen manusia dari Bapa mereka.
Saat seseorang yang kehilangan figure Bapa, maka ia akan kehilangan:
1. Identitas
2. Kasih Sayang
3. Sense of destiny – tujuan hidup

Masalah dosa adalah masalah tanpa ayah. Manusia yang berada dalam dosa menderita akibat ketiadaan ayah. Dan itulah masalah utama manusia.

Karena ayah adalah kunci untuk dosa, maka ayah jugalah kunci solusi dari dosa (Roma 5:12, 15). Dengan kata lain, konsep pembapaan yang merupakan penyebab manusia jatuh dalam dosa, maka konsep pembapaan yang akan menjadi penyelamatan manusia. Kuasa dari pembapaan telah menjadi bukti dalam konsep Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Tuhan sendiri melihat pembapaan sebagai jalan keluar bagi masalah dosa ini (Maleakhi 4:5,6). Kembali ke survey diatas dan dikaitkan dengan pembapaan, dapat disimpulkan bahwa kunci untuk pemulihan keluarga, masyarakat, gereja, kota, bangsa adalah roh pembapaan. Dengan adanya ini, umat yang dipulihkan dan yang layak bagi Tuhan dapat dipersiapkan

Pembapaan adalah pekerjaan yang terutama bagi para pria. Tidak ada yang lebih lengkap bagi seorang pria untuk mencapai kepenuhan dalam hidupnya (the fullest in life) kecuali menjadi seorang ayah. Namun sayangnya, pekerjaan istimewa ini tidak disadari dan cenderung tersalahgunakan oleh ketidakpahaman seorang pria akan arti pentingnya seorang ayah itu.
Menjadi seorang ayah bukan berarti hanya memiliki anak jasmani, akan tetapi juga menjadi ayah rohani (spiritual father) bagi anak-anak yang bukan berasal dari darah dagingnya sendiri.


(dari berbagai sumber)

More to come................

0 komentar:

Post a Comment