"Our lives begin to end the day we become silent about things that matter" Dr. Martin Luther King Jr

places of her heart

A Christmas Carol (II)

February 25, 2009


Suasana panas dan dingin hanya sedikit pengaruhnya pada Scrooge. Tak ada kehangatan yang dapat menghangatkan Scrooge, bahkan musim dingin pun tidak mendinginkan dia. Tak ada tiupan angin yang lebih menggigit dari “gigitan” Scrooge. Jika Scrooge punya tujuan, bahkan salju pun tak bisa menghalanginya. Tak ada hujan lebat yang membuatnya bisa sedikit berbelas kasihan. Cuaca buruk sekalipun tidak dapat menemukan Scrooge. Hujan paling lebat, dan salju, dan hujan es, dan hujan salju bercampur es, yang bisa menyombongkan diri atas Scrooge. Yaitu cuaca tersebut biasanya turun dengan manisnya. Sementara Scrooge tidak.

Tak ada orang yang pernah menghentikannya di jalan, dengan wajah gembira,”Scrooge yang baik, apa kabar? Kapan kita ngobrol lagi?” Tak ada pengemis yang meminta-minta padanya. Tak ada anak-anak yang bertanya padanya tentang pukul berapa saat ini, tak ada pria atau wanita yang sekali saja dalan hidup Scrooge menanyakan ke mana jalan menuju tempat ini atau itu. Bahkan anjing si Orang Buta nampaknya tahu siapa Scrooge; ia pasti akan menarik tuannya menuju pintu dan terus ke halaman ketika anjing itu melihat Scrooge datang dan mengibas-ngibaskan ekornya sambil berkata,” Orang jahat, Tuan!”.

Tapi apa sih yang dipedulikan Scrooge? Seperti itulah orangnya. Di keramaian Scrooge mengambil tempat di pinggir, peringatan bagi simpati manusia untuk menjaga jarak, di mana orang yang mengenal Scrooge mengatakan Scrooge kurang sehat pikirannya.

Pada suatu waktu—dari semua hal yang baik sepanjang tahun—pada Malam Natal—Scrooge Tua duduk di kantornya sibuk menghitung. Saat itu cuaca dingin, suram, dengan kabut yang menggigit, dan Scrooge dapat mendengar orang-orang di jalan menggigil sambil merapatkan tangan ke dada seraya menghentakkan kaki ke trotoar untuk menghangatkan badan. Jam kota baru saja menunjukkan pukul tiga sore tapi sudah cukup gelap, seharian cuaca mendung dan lilin-lilin menyala yang kelihatan dari jendela kantor tetangga memerah di tengah udara kusam. Kabut tebal masuk melalui lubang kunci yang retak, rumah-rumah di seberang jalan terlihat seperti bayangan hantu. Melihat kabut suram tebal turun, mengaburkan segalanya, aku berpikir bahwa hidup di alam adalah sukar dan saat itu kabut hampir berada di semua tempat.

Pintu ruang kerja Scrooge terbuka, agar dapat mengawasi pegawainya bekerja menyalin surat, ruang untuk pegawainya sempit dan kecil di sebelah ruang kerjanya. Perapian di ruangan Scrooge sangat kecil, tapi perapian di ruangan pegawainya sekecil kerikil. Pegawainya tidak dapat menambah batu bara karena kotaknya disimpan di ruangan Scrooge, pernah kedapatan dia memegang sekop untuk menambah bara sehingga Scrooge memutuskan untuk memisahkan kotak itu dari pegawainya. Itulah mengapa Pegawai Scrooge mngenakan selimut dan menyalakan sebatang lilin meskipun usahanya untuk menghangatkan diri itu gagal total.

“Selamat Natal, Paman! Tuhan memberkati!” Seru satu suara riang. Itu suara Keponakan Scrooge, suaranya lebih dulu terdengar daripada orangnya.

“Bah!” kata Scrooge,”Omong kosong!”
Keponakan Scrooge berjalan dengan cepat dalam kebekuan kabut, bersemangat dan hangat, wajahnya tampan berseri, matanya berbinar-binar dengan napas beruap.

“Natal itu omong kosong? Paman!” kata Keponakan Scrooge,”Bukan itu maksud Paman, aku yakin.”

“Memang itu maksudku,”kata Scrooge,”Selamat Natal? Hak apa yang membuat kau gembira? Alasan apa yang buat kau bahagia? Kau miskin.”

“Ayo, kalau begitu,”sahut Keponakannya dengan riang,”Hak apa yang membuat Paman muram? Alasan apa yang buat Paman murung? Paman kaya.”

Scrooge yang tidak punya jawaban yang lebih baik lagi untuk situasi itu berkata,”Bah!” dan meneruskannya dengan,”Omong kosong!”

“Jangan marah, Paman”kata Keponakannya.

“Lalu aku harus apa?” sahut pamannya,”Hidup di dunia dengan Hari Natal. Konyol. Di hari Natal tetap harus bayar tagihan, Natal berarti bertambah tua tapi tidak bertambah kaya, dan saatnya membenahi pembukuan!” kata Scrooge marah,” Semua orang bodoh yang ber”Selamat Natal” di bibirnya sebaiknya mati saja!”

“Paman!” seru Keponakan

“Ponakan!” seru sang Paman dengan keras,”Simpan sendiri Natalmu, dan akan kusimpan Natalku sendiri.”

“Paman tidak pernah punya Natal,” kata Keponakan Scrooge.

“Kalau begitu, biarkan aku tidak mempedulikan Natal,” kata Scrooge.

“Ada banyak hal di mana aku memperoleh kebaikan bukan keuntungan,” sahut Keponakan,” aku berani bilang, termasuk Natal. Tapi aku selalu memikirkan Natal, ketika hari itu menjelang. Terlepas dari kesuciannya, Natal berarti kebaikan, mengampuni, saat bermurah hati dan saat bersenang-senang, hanya saat itu yang aku tahu dari kalender sepanjang tahun, ketika manusia membuka hati dan memperhatikan orang yang lebih susah hidupnya. Dan karena itu Paman, meskipun Natal tidak memberikan sepotong emas atau perak di kantongku, aku percaya Natal telah membuatku jadi baik dan akan tetap seperti itu, dan aku bilang, Tuhan memberkati Natal!”


Translated by OYEN


To be continued..


post signature

0 komentar:

Post a Comment