"Our lives begin to end the day we become silent about things that matter" Dr. Martin Luther King Jr

places of her heart

KISAHKANLAH KEHIDUPAN..

March 24, 2009

At 10 weeks from conception, a baby can smile, frown, wince or pout. While still in the womb a baby will learn to recognize his mother's voice.
-
Abort73.com

Jika Tuhan berkehendak, istri sahabatku akan melahirkan tahun ini. Dan semakin mendekat dengan waktu kelahiran, hampir disetiap kesempatan komunikasi, sahabatku itu dengan bangganya dia bercerita tentang bayinya. Misalnya seperti ini:
”Setiap pulang kerja kusempatkan untuk menyapa dan bercakap dengan anakku. Biasanya hal pertama yang kutanya adalah apakah dia menjaga ibunya dengan baik sewaktu aku masih di kantor? Bahagianya aku, dia akan menjawab dengan menendang-nendang dalam rahim ibunya. Aku dan ibunya akan tertawa terpingkal-pingkal dan menganggap jawabannya ”Iya”. Karena menurut kami tendangan-tendangan itu menginformasikan kepada kami betapa bayi kami itu adalah seorang jagoan. Hahahahaha!!!!!”
Semua kisah bahagia itu menegaskan satu hal padaku. Yaitu bayi dalam kandungan itu hidup dan mempunyai pemahaman yang luar biasa mengenai lingkungan sekitarnya sama seperti manusia lainnya. Ajaib bukan?! Janin juga manusia. Dan seperti manusia lainnya, dia berhak mendapat perlakuan dan perlindungan yang sama. Serta dibiarkan untuk menjalani kisah kehidupannya sendiri sesuai rancangan Sang Pencipta.

Namun, tak semua kisah tentang janin merupakan kisah bahagia tapi cukup banyak yang berakhir tragis dan mengenaskan, seperti sebuah kisah yang kukutip dari
aborsi.org, berikut ini :”Saat itu menjelang tengah malam, saya sedang berada di Unit Gawat Darurat ketika seorang remaja yang saya perkirakan tidak lebih dari umur 20 tahun masuk dengan mimik muka kebingungan bercampur takut. Saya mulai bertanya mencari tahu apa masalahnya sehingga ia datang untuk berobat. Ia mulai dengan pernyataan bahwa ia mengalami pendarahan hilang timbul selama hampir tiga bulan. Ketika saya mulai memancing dengan pertanyaan mengenai riwayat menstruasinya, dengan nada agak panik ia mengaku telah melakukan aborsi di sebuah klinik dengan seorang dokter spesialis hampir tiga bulan yang lalu. Setelah hampir seminggu dikuret ia mulai mengalami pendarahan. Sebelumnya ia pernah mencoba aborsi dengan mengkonsumsi obat-obatan dari dokter lain. Setelah minum obat itu, ia mulai merasa sakit perut lalu ada yang keluar dari (maaf) lubang kemaluannya berupa darah dan gumpalan-gumpalan. Sampai sekarang ia merasa ada yang masih mengganjal di sana. Ia sudah coba menariknya tetapi tidak bisa.
Hal itu membuat ia ketakutan. Saya putuskan untuk memeriksanya. Biarpun saya sudah dapat menduga apa yang sedang terjadi, sejujurnya saya tidak pernah menyangka bahwa yang terlihat adalah potongan sepasang kaki mungil milik janin berusia kurang lebih 15-16 minggu yang 'lolos' dari usaha aborsi.
(Seperti yang diceritakan TN, seorang dokter umum disalah satu rumah sakit Jakarta)

"Mula-mula kami melakukan pengguguran pada janin-janin kecil...sehingga detakan-detakan jantung dan geraknya tak begitu nyata. Saya pikir janin-janin berumur 15-16 minggu itu tentu belum bisa merasa apa-apa. Tanpa sadar, kami mulai melakukan pengguguran terhadap janin-janin besar. Tiba-tiba waktu kami menyuntikkan cairan garam, kami melihat ada gerakan-gerakan dalam rahim. Pasti ini adalah janin yang menderita akibat menelan cairan garam, ia menendang-nendang dengan panik dalam keadaan sekarat. Kami menghibur diri dengan mengatakan bahwa itu hanya disebabkan oleh kontraksi otot-otot rahim saja. Tapi jujurnya hal ini menekan batin kami, sebab sebagai dokter kami mengerti betul bahwa bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kami telah melakukan pembunuhan."
(Dr. John Szenens)

Jadi sekarang, kisah seperti apa yang kan diceritakan ???
Kehidupan ataukah kematian???
”Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”
- Mazmur 139 : 16


2 komentar:

Sean John said...

hi! Vidya? where are you from?

my name is Roshan. :)

www.urbancalvinist.com

Anonymous said...

If a doctor knew that they become a murder...why they continue do that...except they do it for a incidental case such as a mother's life in dangerous....
2 thumbs up 4 a single mother whom choose to take their responsibility n not killed their baby..

Post a Comment